Observasi 1 Syawal 1436 H

Problematika awal bulan pada kalender Qamariyah masih terjadi. Tanggal 14 Juli 2015, kepala Pusat Studi Astronomi diundang sebagai salah satu pembicara dalam kolokium astronomi di gedung PP Muhammadiyah di Jakarta Pusat. Kolokium membahas sejumlah ide, gagasan, ulasan, dan analisis tentang sistem kalender Qamariyah khususnya untuk menyambut penentuan awal Bulan Syawal 1436 H.

https://youtu.be/izpz6HtaaYM

PP Muhammadiyah memang telah menetapkan menggunakan metode Hisab Hakiki Wujudul Hilal untuk menentukan awal bulan. Sehingga, pada tanggal 17 Juli 2015 ditetapkan sebagai 1 Syawal 1436. Namun, organisasi masyarakat dan pemerintah mempunyai metode dan kriteria tersendiri.

Baik, mari kita analisis posisi Bulan dan Matahari pada tanggal 29 Ramadhan 1436 H. Kenapa pada tanggal 29 Ramadhan? Hal ini berkaitan dengan fase sinodis Bulan yaitu sekitar 29,53 hari. Artinya panjang bulan dalam kalender Qamariyah berkisar antara 29 – 30. Namun, panjang hari tidak ada dalam bentuk pecahan. Sehingga, kadang jumlah hari dalam satu bulan ada 29 hari, kadang 30 hari.

Satu siklus sinodis ditandai dengan terjadinya konjungsi atau ijtima’. Ijtima’ terjadi pada tanggal 16 Juli 2015 pada pukul 8:24 WIB. Selanjutnya, pada saat matahari terbenam pada pukul 17:35, matahari berada di azimuth 291,5 derajat. Artinya, matahari berada di sekitar arah Barat Laut. Sedangkan Bulan berada pada azimuth 286,8 derajat. Artinya Bulan berada pada sekitar arah yang sama dengan Matahari, namun lebih cenderung ke arah Barat. Ketinggian Bulan saat itu 2,78 derajat dari ufuk. Seberapa rendahkah ketinggian tersebut. Coba anda rentangkan tangan lurus di depan mata. Tangan dalam posisi menggenggam. Nah, besar genggaman tangan anda setara dengan 10 derajat.

Anda tidak punya banyak waktu untuk melihat Bulan atau fase Hilalnya. Karena selang 15 menit kemudian Bulan akan tenggelam. Bulan tenggelam pada azimuth 286,2 derajat. Sehingga, persiapan untuk observasi Hilal sebaiknya dilakukan sebelumnya dengan waktu yang mencukupi dan tentunya keahlian yang bagus. Lokasi observasi juga menentukan. Arah sekitar 280 derajat sampai 296 derajat tentunya harus bersih dari halangan bangunan atau pohon. Yang tidak kalah penting adalah pada rentang arah tersebut sebaiknya tidak ada sumber uap air yang memungkinkan terjadinya gangguan pengamatan.

atap masjid kampus 4 UAD arah Barat

atap masjid kampus 4 UAD arah Barat

PASTRON UAD melakukan observasi di kubah Masjid Islamic Center kampus 4. Arah Barat di lokasi tersebut cukup bebas, tidak terhalang bangunan.

ephemeris

Arah dan waktu Matahari dan Bulan Terbit dan Terbenam

Selain itu, PASTRON melakukan pengukuran arah kiblat pada pukul 16:27 WIB karena pada saat itu deklinasi Matahari sama dengan Lintang kota Makkah. Dengan menggunakan bayangan tongkat, PASTRON akan mengukurnya. Karena bayangan tongkat berseberangan dengan arah matahari. Sedangkan arah matahari sama dengan arah Kiblat pada jam tersebut.

Arah Kiblat pada saat Juli 2014

Arah Kiblat pada saat Juli 2014

0 replies

Leave a Reply

Want to join the discussion?
Feel free to contribute!

Leave a Reply

Your email address will not be published.