Pencanangan Observatorium Nasional Timau
Observatorium sebagai pusat kegiatan penelitian astronomi mempunyai potensi tidak hanya meningkatkan kualitas ilmu pengetahuan dan teknologi di suatu bangsa, namun juga meningkatkan taraf hidup masyarakat. Terlebih bila pembangunan observatorium dilengkapi dengan sejumlah fasilitas pendukung seperti pusat sains, sentra perekonomian, pembangunan infrastruktur.
Observatarium Nasional Timau yang terletak di kaki Gunung Timau ini adalah perwujudan cita-cita besar tadi.Selama proses panjang dan berliku untuk perijinan, akhirnya pada tanggal 9 Juli 2018, dilakukan pencanangan Observatorium Nasional Timau. Observatorium ini memang terletak di daerah yang masih minim polusi cahaya. Gunung Timau adalah salah satu gunung di pulau Flores, Nusa Tenggara Timur. Untuk mencapai daerah ini, kita harus berkendara selama kurang lebih 5 jam ke arah Amfoang. Tepatnya di KabupatenKupang dengan koordinat 9 derajat 35 menit 50,2 detik Lintang Selatan dan 123 derajat 56 menit 48,5 detik Bujur Timur.
Kepala Pusat Studi Astronomi mewakili Rektor UAD menghadiri acara tersebut untuk memenuhi undangan dari LAPAN. Perjalanan ke lokasi dimulai dari kota Kupang selepas salat subuh. Terdapat setidaknya 12 mobil sekelas pajero untuk dapat mencapai lokasi. Selama kurang lebih 1 jam memang jalanan masih mulus. Namun, jalanan sepanjang 60an km setelahnya harus ditempuh sekitar 4 jam dengan medan yang sangat berat.
Meski kondisi jalan sudah rusak parah, namun masih ada hiburan berupa pemandangan alam yang indah. Perbukitan, gunung dipadu dengan sabana yang mulai meninggalkan warna hijau karena musim kemarau sudah tiba.
Akhirnya kami tiba disambut oleh warga setempat. Acara pencanangan observatorium didahului dengan upacara adat untuk penyerahan tanah adat kepada negara Republik Indonesia. Tersurat pesan dari tetua adat bahwasanya mereka rela untuk memberikan tanah adat agar dapat merasakan kemerdekaan Indonesia yang sudah 73 tahun lamanya. Tercermina wajah penuh optimis dari penduduk setempat.
Kepala LAPAN, Prof. Dr Thomas Djamaluddin juga menyebutkan bahwasanya observatorium nasional ini terbesar di Asia Tenggara. Keberadaannya ditujukan juga untuk meningkatkan taraf hidup masyarakat setempat. Selain itu, beliau juga berpesan agar warga ikut melindungi lingkungan agar polusi cahaya tetap rendah. Sehingga tidaklah musthail bila lokasi ini juga disiapkan menjadi Taman Nasional Langit Gelap yang akan dikelola bersama dengan dinas pariwisata.
Kerjasama lintas disiplin dan lintas institusi diharapkan dapat berjalan dengan optimal sehingga Observatorium Nasional Timau ini dapat segera selesai dibangun.
Leave a Reply
Want to join the discussion?Feel free to contribute!